Dae Su (Kepala Naegeumbu, sahabat dan pengawal Jeongjo) dan Seo Jang Bo mengetahui rencana Ibu Suri Jeong Sun untuk membunuh Jeongjo dengan kuasa kegelapan saat festival kembang api yang dipimpin Raja. Jeongjo memimpin pasukan untuk melawan Ibu Suri Jeongsun dan Choi Seok Ju.
Choi Seok Ju dkk dimasukkan ke penjara setelah gagal melakukan pemberontakan terhadap Jeongjo dan Ibu Suri Jeong Sun (istri ke-2 Yeongjo, nenek Jeongjo) juga ikut disiksa karena Jeongjo mencurigainya terlibat dalam pemberontakan. Pada akhirnya Choi Seok Ju dan yang lain dihukum mati demi menyelamatkan Ibu Suri Jeongsun.
Jeongjo memberi peringatan pada Ibusuri Jeongsun : Kau akan mengerti satu hari nanti, kalau semua yang kau lakukan tidak ada artinya. Dan kalau waktu itu datang, kau akan menyesalinya. Kau akan menyesal mengorbankan mereka demi dirimu sendiri.
Kim Kwi Joo (Pengikut Raja) pensiun dan kembali ke kampung halaman-nya. Beberapa waktu kemudian ia bertemu dengan Jung Yak Yong yang memeriksa daerah itu. Setelah mendengar dari Jung Yak Yong tentang kebijakan Jeongjo, Kim Kwi Joo tersenyum, ia mengerti dan setuju dengan kebijakan Raja.
Kesehatan Raja Jeongjo semakin memburuk karena terlalu sibuk bekerja.
Raja Jeongjo jatuh pingsan dan meninggal dunia.
Adegan terakhir drama ini adalah percakapan antara Dae Sun dan Raja Sunjo (penerus Jeongjo). Dae Su minta Sunjo memerintah untuk rakyat seperti wasiat Raja Jeongjo padanya. Endingnya mirip Dong yi atau Dong Yi yang mirip Yi San?
Tapi dalam drama-pun kematian Raja Jeongjo tidak ditampilkan langsung, tapi sutradara membuatnya seperti ini :
Jeongjo sedang memegang cawan obatnya ketika membayangkan bersama Song Yeon (selirnya) yang menggambarkan kematian-nya.
Historical Fact :
Banyak ahli sejarah Korea yang percaya kalau Jeongjo diracun.
Bukti Baru :
Ada beberapa bukti yang muncul yaitu kumpulan 299 pucuk surat Raja Jeongjo yang membuktikan kalau Jeongjo tidak diracun, tapi benar-benar karena sakit dan kesehatan-nya memburuk.
Surat-surat itu diluncurkan oleh Universitas Sungkyunkwan untuk East Asian Studies.
Universitas Sungkyunkwan menyatakan kalau surat2 itu membuktikan kalau Raja Jeongjo (yang dihargai sebagai salah satu pemimpin paling sukses dan bervisi dan setara dengan Raja Sejong) tetap mempertahankan hubungan korespondensi dengan rival politik-nya Shim Hwan Ji (1730-1802), menteri dan juga Pemimpin Noron-Byeokpa dari 20 Agustus 1796 s/d 15 Juni 1800 (sampai dengan beberapa hari menjelang kematian Jeongjo)
SKK mengatakan kalau surat-surat itu adalah harta nasional dan tulisan tangan Raja Jeongjo.
Prof Ahn Dae Ho (profesor Literatur Korea-Klasik Cina, SKKU) : Surat-surat itu adalah yang paling banyak diantara surat2 para Raja dinasti Joseon dan yang paling penting surat2 itu berhasil dipertahankan meskipun Raja Jeongjo memerintah untuk menghancurkan-nya.
Ahn berkata kalau surat2 itu menunjukkan proses yang rumit dari konflik menjadi kerjasama antara Raja dan Para Menteri dan juga menunjukkan gaya kepemimpinan Jeongjo (seperti mengumpulkan informasi dan membaca opini publik secara diam-diam)
Surat-surat itu juga mencantumkan tanggal, waktu dan tempat penerimanya.
SKKU berkata kalau korespondensi itu akan membantu ahli sejarah untuk menyelidiki dan mempelajari situasi politik selama pemerintahan Jeongjo.
Surat yang membuktikan kalau Jeongjo sakit :
Tanggal 15 Juni 1800, 13 hari sebelum kematian-nya. Surat pada Shim Hwan Ji, Jeongjo menulis :
"Aku merasakan kesakitan karena aku tidak bisa tidur, dan bolak balik sepanjang malam dan rasa sakit di dalam perut di bawah pusar-ku tidak menghilang. Aku mendapat obat-obatan untuk menghilangkan sakit lebih banyak lagi musim panas ini dan sepertinya semakin parah."
Beberapa actor pemeran Jeongjo selain Lee Seo Jin :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar